7/25/19

Memorabilia


Dua tiga menjak ini, semakin kerap saya ditemukan oleh takdir pada memorabilia.

Dahulu, bila terlihat potret bunga kopi yang suci di warung kopi mewah, teringat saya pada bau harum yang menerawang di kebun kopi kesayangan nenek pada waktu Subuh berkabus.

Injak sewindu, malam-malam diisi mimpi kabut tentang kenangan di Rumah Tua. Terakhir kali saya ke sana, usai kembara sekilas di Tanah Abadi, kala kerabat saya bersiap menyambut hadirnya Ramadan.

Tiada yang ganjil - segala tersusun letak seperti telahan saya. Habuk itu masih bertebaran atas marmar-marmar sompek, jejaring lelabah terletak cantik di sudut-sudut kamar. Bibir pepinggan dan cecawan saling berpecahan, ditemani salinan lusuh bergantungan santai, ditiup angin yang dihala kipas separa mati.

Barangkali, ada dawai dendam berselirat mencucuk jiwa yang tidak terlihat. Apa ada roh zuriat lama yang tidak redha lagi? Sedangkan bila difikiri, hutang-hutang budi yang saya tandatangani lewat kekhilafan lampau sudah saya meterai.

Buat saat ini, itu sajalah yang mampu saya serahkan. Mungkin barang sepurnama dua, bisa saja saya kembali berbudi ke Rumah Tua.

Doakanlah.

No comments:

Post a Comment