2/23/12

Musytari

Di tengah galaksi, terdampar sendiri. Menyalah takdir dan kesempatan yang tak juga kunjung tiba.

Besar di sini, malah terbesar. Mengapa tidak terserlah, mungkin jarak, mungkin pedoman. Kadang keraguan yang lama mengisi hati bertukar gusar bila capai kematangan. Sekejap-sekejap sedap diulit bintang peneman sepi dan kegelapan. 

Kejora dan Zuhal tidak tahu. Bulan dan Mentari boleh saling menyumpah. Maki hamun seisi Bima Sakti menjelang pula sebentar lagi. Detik itu makin hampir, bila waktu tidak lagi relevan, tidak lagi bersandar nasib dan keinginan. 

Kalaulah Musytari duduk menerangi kota impian, seperti Matahari di kesiangan, atau Bulan kala gelap malam, atau lahir mewah berhias cincin seperti si Zuhal, atau merah menyala umpama Kejora. Kalaulah begitu takdir mendampingi. 

Pusaran besar itu memang banyak intipati. Namun jalinan intipati inilah yang membuka jalan, di sebalik serabut akar dan tangan Tuhan, sesungguhnya yang menggerakkan impian adalah usaha, doa dan tawakal. 


"Gerhana itu alami. Tapi pasti lewat."

Jangan merajuk Musytari. Masih ada masa lagi. Bersabarlah.

No comments:

Post a Comment